Mengapa harus melihat peluang di Jepang?

Tahukah Anda? Populasi Jepang berkurang sebanyak 800.000 jiwa pada tahun 2022 dibanding tahun sebelumnya, dimana rekor angka kematian melebihi jumlah kelahiran. Pada tahun 2022 Jepang mencatat jumlah orang meninggal 1,56 juta, kira-kira dua kali lebih tinggi dari jumlah kelahiran yang hanya 771.000. Penduduk Jepang saat ini tercatat 122,4 juta, berkurang hampir 6 juta jiwa sejak 15 tahun yang lalu yaitu 128 juta jiwa.

Krisis menyusutnya populasi di Jepang disebabkan karena angka kelahiran yang kecil dengan trend menurun, disisi lain populasi lansia justru mengalami kenaikan.

Fenomena ini menyebabkan populasi usia produktif di Jepang semakin menurun, sehingga menyebabkan Jepang dilanda krisis kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor secara serius. Untuk mengatasi masalah tersebut, Jepang telah melakukan berbagai upaya, diantaranya dengan melakukan berbagai pelonggaran serta amandemen Undang-undang Keimigrasian pada April tahun 2019, dengan menerbitkan izin tinggal baru untuk tujuan bekerja di 14 sektor industri (sekarang disederhanakan menjadi 12 sektor industri) di Jepang bagi orang asing dengan nama Visa Tokuteiginou atau Specified Skilled Worker (SSW) atau Pekerja Berketrampilan Spesifik (PBS).

Pada tanggal 27 September 2021, Pemerintahan Jepang juga mengeluarkan pelonggaran peraturan bagi pelajar asing yang sedang mengikuti program studi di sekolah bahasa Jepang di Jepang, dengan ketentuan siswa tersebut telah lulus Perguruan Tinggi di negeranya dan telah menerima gelar minimum Sarjana S1 、setelah lulus dari Sekolah Bahasa Jepang, dapat bekerja di Jepang. Untuk keperluan mencari pekerjaan, setelah kululusan dapat mengajukan perubahan status izin tinggal dari Visa Pelajar menjadi visa Tokutei Katsudou atau Visa Kegiatan Tertentu dengan batas berlaku maskimal hingga 1 tahun. Tentunya dengan memenuhi persyaratan serta ketentuan yang diberlakukan. Peraturan ini adalah berita baik bagii para lulusan Sarjana di Indonesia yang ingin mengambil peluang untuk bekerja atau berkarir di Jepang, mengingat kompetisi dalam mendapatkan peluang bekerja di Indonesia yang semakin kompetitif karena Tingkat Pengangguran Terbuka yang tinggi ditambah pertumbuhan penduduk melebihi 3 juta jiwa per tahun.

Selain kedua jenis Izin tinggal untuk bekerja di atas, ada jenis Visa Kerja yang populer di Jepang disebut dengan Visa Gijinkoku. Gijinkoku adalah singkatan dari Gijutsu(Engineering), JInbunchishiki (Humaniora,) Kokusaigyoumu (Bisnis Intersional). Izin tinggal dan bekerja jenis ini adalah diperuntukkan bagi Tenaga Kerja Berketerampilan Tinggi baik secara latar belakang pendiidkan maupun pengalaman kerja diatas 5 tahun. Mereka yang dapat melamar di sektor tersebut adalah SDM yang memiliki keahalian di bidang IT, Programmer, System Engineer, Mechanical Engineering, Marketing, Finance, Product Development, Interpreter, Translater, Intertaional Business Expert, dan lain-lain.

Masalah demografi di Jepang adalah Peluang bagi pemuda Indonesia!

Kalau Jepang sedang mengalami penyusutan populasi dan telah mengakibatkan krisis kependudukan dan krisis tenaga kerja serius, sebaliknya Indonesia saat ini justru sedang mengalami pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dengan rasio usia produktif sekitar 70% dibanding non produktif, hal ini menjadikan Indonesia sedang dalam masa Bonus Demografi.

Berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, saat ini mayoritas penduduk Indonesia masuk kategori pemuda yaitu antara usia 16 sampai 30 tahun.

Menurut hasil Susenas pada tahun 2022 jumlah penduduk Indonesia dengan umur 16-30 tahun adalah 65,82 juta jiwa atau hampir seperempat dari total penduduk Indonesia, dimana dalam tiga tahun terakhir prosentase pemuda terus meningkat. Bisa dikatakan bahwa Indonesia berkebalikan dengan Jepang, justru sedang memiliki popul;asi usia muda yang melimpah. Keberadaan pemuda yang melimpah ini tidak dapat dipungkiri bagaikan pedang bermata dua, dimana disatu sisi menjadi potensi disatu sisi bisa menjadi tantangan bahkan ancaman bagi pembangunan ekonomi dan kemajuan bangsa Indonesia.

Dengan banyaknya pemuda di Indonesia, diharapkan menjadi energi bagi pembangunan yang dapat membuat Indonesia bertransformasi menjadi negara maju dan sejahtera. Oleh karena itu adalah penting bagi pemuda Indonesia dalam mempersiapkan diri agar dapat berkontribusi secara positif terhadap bangsa dan negara. Pemuda Indonesia perlu meningkatan literasi serta memiliki kesadaran untuk membiasakan diri mencari sekaligus membaca data sebagai sumber informasi ilmiah dalam menghadapai berbagai kondisi dan tantangan di tanah air, tidak terkecuali dalam hal tantangan dalam mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia pada Agustus 2023 masih di angka 7.86 juta orang atau 5,32% dari jumlah angkatan kerja atau jumlah pencari kerja sebesar 147,71 juta orang pada Agustus 2023, mengalami kenaikan 3,99 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk setiap tahun menyebabkan pertumbuhan jumlah angkatan kerja atau dengan kata lain jumlah orang yang membutuhkan pekerjaan., Dengan trend pertumbuhan penduduk yang tinggi, sudah bisa dipastikan bahwa persaingan untik memperoleh pekerjaan juga meningkat.

Dengan kondisi dan realita di Indonesia yang seperti itu, pemuda Indonesia yang jumlahnya sangat besar dan terus meningkat ini perlu membangun mindset yang lebih terbuka untuk melihat peluang di berbagai negara lain, khususnya negara Jepang yang memang sedang membutuhkan dan membuka diri untuk menerima tenaga kerja asing dalam jumlah besar dengan berbagai kebijakan serta regulasi yang semakin ramah serta memudahkan bagi tenaga kerja asing untuk bekerja maupun tinggal di Jepang.

Jumlah tenaga kerja asing di Jepang terus meningkat

Dari data di atas bisa dilihat bahwa Jepang terus melakukan perekrutan tenaga kerja asing dengan trend peningkatan yang sangat tajam, bahkan dalam sepuluh tahun terakhir meningkat dua setengah kali lipat. Hal tersebut tidak dapat dihindarkan akibat dari dampak krisis kependudukan sabagai pemicu krisis kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor secara serius.

Hasil riset dari Parsol Research bersama Chuo University, pada tahun 2025 Jepang diperkirakan akan kekurangan 5.05 juta tenaga kerja, sedangkan pada tahun 2030 diperkirakan akan kekurangan 6.44 juta tenaga kerja. Dimana Indonesia pada tahun 2030 justru sedang mengalami puncak bonus demografi. BIla masayarakat Indonesia khususnya para generasi muda Indonesia memahami fenomena di Jepang tersebut, maka peluang untuk bekerja atau bahkan berkarir di Jepang adalah menjadi alternatif pilihan sekaligus bisa menjadi lompatan untuk masa depan.

Dari negara mana saja tenaga kerja asing di Jepang?

Dari diagram di atas harus dicermati bahwa jumlah tenaga kerja Indonesia di Jepang hanya 4,3% dari total populasi tenaga kerja asing di sana, dimana angka ini sangatlah kecil dan ketinggalan jauh dari negara lainnya. Sementara di Indonesia jumlah penduduk terus bertumbuh menuju 300 juta jiwa, dengan populasi usia produktif sangat tinggi dan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) masih 7,86 juta orang. Sudah semestinya angkatan kerja muda Indonesia mampu melihat peluang yang ada di luar Indonesia salah satunya di Jepang dan segara mengubah mindset serta bersegara mengambil langkah untuk meraih kesempatan demi masa depan yang lebih ada kepastian.

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Konsultasi Sekarang!